SPRINT-Dual Transformation: Step Back

Belum lama ini, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terdapat sekitar 9,9 juta penduduk generasi muda usia 15-24 tahun di Indonesia tidak bekerja dan tidak sedang sekolah (not in employment, education, and training/NEET) pada 2023. Secara lebih rinci, jumlah generasi muda yang juga tergolong “Gen Z” tidak bekerja, tidak sedang dalam pendidikan, dan tidak menjalani pelatihan mencapai 9.896.019 orang pada Agustus 2023. Angka itu setara dengan 22,25 persen dari total penduduk usia muda di Indonesia (Kompas.com, 17/05/2024). Angka yang fantastis.

Belum lama juga, penulis menyaksikan potongan berita tentang Vietnam yang diperkirakan akan menjadi salah satu negara manufaktur terbesar di dunia. Beberapa perusahaan ternama memilih Vietnam untuk global manufacturing-nya seperti Apple, Hyundai, Nvidia, dan lainnya. Vietnam dipilih karena tenaga kerja terampilnya (skilled-worker), upah lebih murah, dan letak yang strategis. Lagi dan lagi, dengan populasi besar dan angka pengangguran terdidik yang besar, Indonesia tidak dipilih para pemain global untuk berinvestasi di sini.

Referensi

Hannah Ritchie, Not the End of the World, How We Can Be the First Generation to Build A Sustainable Planet, Little, Brown and Company, 2024.

Saul Mcleod, Ph.D., Transformational Leadership Style: How To Inspire And Motivate, Simply Psychology, 2024.

Vijay Govindarajan & Venkat Venkatraman, Fusion Strategy: How Real-Time Data and AI Will Power the Industrial Future, Harvard Business Review Press, 2024.

Alise Cortez, The Great Revitalization: How Activating Meaning and Purpose Can Radically Enliven Your Business, Practical Inspiration Publishing, 2023.

Frances Frei & Anne Morriss, Move Fast and Fix Things: The Trusted Leader’s Guide to Solving Hard Problems, Harvard Business Review Press, 2023.

Nathan Furr & Susannah Harmon Furr, The Upside of Uncertainty: A Guide to Finding Possibility in the Unknown, Harvard Business Review Press, 2022.

Fred Reichheld, Winning on Purpose: The Unbeatable Strategy of Loving Customers, Harvard Business Review Press, 2021.

Joseph L. Badaracco, Step Back: Bringing the Art of Reflection into Your Busy Life, Harvard Business Review Press, 2020.

Mark W. Johnson & Josh Suskewicz, Lead from the Future: How to Turn Visionary Thinking Into Breakthrough Growth, Harvard Business Review Press, 2020.

Michael Raynor & Derek Pankratz, A New Business Paradigm to Address Climate Change, Deloitte Insights, Oct, 2020.

Scott D. Anthony, Clark G. Gilbert & Mark W. Johnson, Dual Transformation: How to Reposition Today’s Business While Creating the Future, Harvard Business Review Press, 2017.

Jake Knapp, Sprint: How to Solve Big Problems and Test New Ideas in Just Five Days, New York: Simon & Schuster, 2016.

Chris Anderson, Makers: The New Industrial Revolution, New York Crown Business, 2012.

Stuart C. Gilson & Edward I. Altman, Creating Value Through Corporate Restructuring: Case Studies in Bankruptcies, Buyouts, and Breakups, Wiley, 2010.

Rully R. Ramli & Erlangga Djumena, “9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah”, Kompas.com, 17/05/2024, pukul 13:55 WIB.

Di momen Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei ini, saatnya kita merefleksikan apa yang telah dicapai bangsa ini dan apa yang ingin dituju. Seperti kata Joseph L. Badaracco dalam Step Back (2020) terbitan Harvard Business Review Press, bahwa refleksi diperlukan untuk mengetahui apakah kapal yang dikemudikan sudah sesuai arahnya. Menurut pandangan penulis, Indonesia merefleksikan perlu melakukan dual transformation. Dual transformation adalah konsep yang dikemukakan oleh Scott D. Anthony, Clark G. Gilbert & Mark W. Johnson dalam bukunya Dual Transformation: How to Reposition Today’s Business While Creating the Future (2017), juga dalam Creating Value Through Corporate Restructuring (2010) oleh Stuart C. Gilson & Edward I. Altman khususnya dalam akselerasi inovasi perlu dipertimbangkan Unleashing Innovation with SPRINT, seperti yang saya sampaikan pada artikel sebelum ini.

Di momen Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei ini, saatnya kita merefleksikan apa yang telah dicapai bangsa ini dan apa yang ingin dituju. Seperti kata Joseph L. Badaracco dalam Step Back (2020) terbitan Harvard Business Review Press, bahwa refleksi diperlukan untuk mengetahui apakah kapal yang dikemudikan sudah sesuai arahnya.

Achmad soegiarto

Dalam buku terbitan Harvard Business Review Press ini, para penulisnya mengatakan bahwa dual transformation berasal dari dua istilah yakni dual dan transformation. Dual diartikan bukan sebuah proses tunggal yang monolitik, melainkan dua transformasi simultan (two simultaneous transformations) yang saling menguatkan. Transformation adalah perubahan mendasar baik dalam bentuk wujud maupun substansi, seperti cair menjadi gas atau ulat menjadi kupu-kupu.

Sebagaimana diungkapkan mereka, para eksekutif dari pemegang jabatan mempunyai tantangan ganda (dual challenges), yaitu mencegah serangan yang tiada henti terhadap operasional (existing business operation) yang memberikan arus kas penting (vital cash flow) dan menciptakan bisnis baru (new growth engine) sebagai investasi pertumbuhan bisnis ke depan. Seperti terlihat pada model di bawah ini, dimana A (reposition today) berinisiatif mengubah/menyesuaikan bisnisnya agar dapat memperluas pasar, dan B (create tomorrow) adalah upaya mengidentifikasi peluang di masa depan dan menciptakan mesin pertumbuhannya sejak saat ini. Dan, C (use unique assets) ialah kapabilitas (capabilities link) yang harus dimiliki untuk mencapai kedua target ini melalui inovasi, talenta, teknologi, dan lainnya. Scott D. Anthony, Clark G. Gilbert & Mark W. Johnson menjelaskan banyak perusahaan sekarang sudah mencoba melakukan dual transformation. Mereka mencontohkan bagaimana raksasa otomotif Ford yang sekarang dikenal sebagai perusahaan otomotif (A), ke depan mengubah dirinya menjadi “smart mobility” (B), dengan kapabilitas inovasi dan teknologi masa depan (C).

Para eksekutif dari pemegang jabatan mempunyai tantangan ganda (dual challenges), yaitu mencegah serangan yang tiada henti terhadap operasional (existing business operation) yang memberikan arus kas penting (vital cash flow) dan menciptakan bisnis baru (new growth engine) sebagai investasi pertumbuhan bisnis ke depan. Dual transformation.

achmad soegiarto

Menurut hemat penulis, Indonesia dapat mengadopsi dua inisiatif besar ini. Pertama, Indonesia harus memperkuat keunggulan saat ini dan membenahi masalah-masalahnya agar dapat menjaga keberlangsungannya hari ini seperti menggerakkan inovasi, peningkatan mutu pendidikan, peningkatan keterampilan pekerja, adopsi teknologi, dan lainnya. Kedua, secara paralel, para pemimpin negara ini juga harus berpikir bagaimana untuk menciptakan masa depan (create tomorrow) dengan memiliki visi yang ingin dicapai. Di tengah-tengah kedua inisiatif besar yang harus dilakukan oleh pemimpin, mereka harus mampu menggunakan kapabilitasnya untuk membenahi hari ini dan mempersiapkan masa depan. Penulis sendiri percaya bahwa untuk mampu membenahi hari ini dan bersiap-siap ke depan adalah dengan SPRINT (spiritual innovation), seperti pernah dimuat dalam website ini.

Urgent Optimism

Untuk dapat melakukan dual transformation, menurut penulis, kita harus punya optimisme besar. Meskipun tidak sedikit permasalahan yang perlu dibenahi, tetapi kita harus optimis melihat masa depan. Ini seperti kisah yang dituliskan Hannah Ritchie dalam Not the End of the World, How We Can Be the First Generation to Build A Sustainable Planet (2024). Sebagai data scientist dan head of research di Our World in Data di Oxford University, Hannah menangkap ada gejala kecemasan yang berlebihan tentang kondisi kerusakan bumi. Kecemasan ini ternyata berakibat fatal. Menurutnya, benar bahwa bumi telah berubah. Ia ingin meyakinkan kita tentang berbagai krisis lingkungan yang kita hadapi. Everything changed. Perubahan yang besar itu membuat sebagian orang untuk pesimis, berkeyakinan bahwa kiamat (doomsday) akan tiba, dan tak sedikit masyarakat di Barat tidak ingin memiliki anak karena dinilai dapat merusak masa depan hidup mereka.

Sebuah survei global baru-baru ini menanyakan 100.000 anak berusia 16 hingga 25 tahun tentang sikap mereka terhadap perubahan iklim. Lebih dari tiga perempatnya menganggap masa depan menakutkan, dan lebih dari separuhnya mengatakan ‘kemanusiaan sudah hancur’. Perasaan pesimisme tersebar luas, mulai dari Inggris dan Amerika hingga India dan Nigeria. Terlepas dari kekayaan atau keamanan, generasi muda di seluruh dunia merasa seperti mereka bergantung pada kehidupan mereka.

Dalam survei yang sama, dua dari lima orang merasa ragu untuk mempunyai anak. Dalam jajak pendapat tahun 2020 terhadap orang dewasa Amerika (dari segala usia) yang tidak memiliki anak, 11% mengatakan perubahan iklim adalah ‘alasan utama’ untuk tidak memiliki anak, dan 15% lainnya mengatakan itu adalah ‘alasan kecil’. Pada orang dewasa muda, berusia 18 hingga 34, porsinya bahkan lebih tinggi. Salah satu responden mengatakan dia merasa ‘sepertinya saya tidak bisa dengan hati nurani membawa seorang anak ke dunia ini dan memaksa mereka untuk mencoba bertahan hidup dalam kondisi yang mungkin sangat buruk’. Dari mereka yang disurvei, 6% mengatakan mereka menyesal memiliki anak karena merasa putus asa. tentang masa depan mereka dalam perubahan iklim.

Tetapi, sebagai seorang data scientist, Hannah justeru melihat bahwa perubahan bumi tidak sepenuhnya buruk. Masih ada harapan untuk melakukan perubahan. “We can be the first generation to achieve a sustainable world,” ujarnya. Bukan the last generation, seperti sebuah gerakan puasa makan untuk menghentikan ancaman kepunahan di Jerman. Oleh karena itu, di momen hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei identik dengan anak muda yang yakin dengan masa depan Indonesia, kita pun harus optimis menyambut masa depan. Hannah Ritchie menyebutnya urgent optimism, yakni optimisme yang penuh percaya diri dan optimis mampu menciptakan perbaikan di masa mendatang.

Di momen hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei identik dengan anak muda yang yakin dengan masa depan Indonesia, kita pun harus optimis menyambut masa depan. Hannah Ritchie menyebutnya urgent optimism, yakni optimisme yang penuh percaya diri dan optimis mampu menciptakan perbaikan di masa mendatang.

achmad soegiarto

SPRINT

Untuk dapat melakukan dual transformation, penulis yakin bahwa SPRINT dapat membantu untuk membenahi kondisi hari ini dan menciptakan masa depan dengan menghasilkan inovasi. SPRINT adalah metodologi menghasilkan inovasi dengan embracing the future, transformational leadership (leader creates leader), leading with purpose, MAKERS, dan think big. Pertama, embracing the future itu start from the end. Seperti telah ditulis pada artikel sebelumnya, embracing the future adalah upaya melahirkan kepemimpinan dan inovasi di hari ini harus melihat apa yang akan terjadi di masa depan. Berawal dari akhir. Artinya, jika kita ingin membentuk pemimpin dan inovasi hari ini yang mampu mendorong lahirnya inovasi, ia harus menerawang Indonesia di tahun 2045 dan 2060.

Untuk dapat melakukan dual transformation, penulis yakin bahwa SPRINT dapat membantu membenahi kondisi hari ini dan menciptakan masa depan dengan inovasi. SPRINT adalah metodologi menghasilkan inovasi dengan embracing the future, transformational leadership, leading with purpose, MAKERS, dan think big.

ACHMAD SOEGIARTO

Kedua, leadership yakni leader creates leader. Transformational leadership. Mendorong pembentukan kepemimpinan dengan corporate culture dan intellectual stimulus untuk menghasilkan inovasi. Ketika menginisiasi ide “1 mahasiswa, 1 karyawan, 1 inovasi”, penulis sesungguhnya ingin mendorong terciptanya mesin leader creates leaders, agar mampu menghasilkan tenaga kerja handal dan inovatif dan pemimpin transformatif yang membuat Indonesia akan kian lebih kompetitif dan mampu pacu inovasi.

Ketiga, leading with purpose yakni spirit melahirkan inovasi yang dilandasi oleh tujuan besar. Menurut Fred Reichheld dalam buku Winning on Purpose (2021), purpose didefinisikan sebagai tujuan akhir yang hendak dicapai organisasi perusahaan. Purpose adalah misi end-goal yang dijadikan kompas sebagai panduan menyusun strategi.

Keempat, MAKERS itu sprint innovation, yakni metode melahirkan inovasi secara cepat dalam lima hari. Seperti ditulis oleh Jake Knapp dalam bukunya Sprint: How to Solve Big Problems and Test New Ideas in Just Five Days (2016) bahwa proses penciptaan inovasi bisa dilakukan dalam waktu relatif pendek yakni 5 hari. Ini dimulai dari memetakan target pasar (MAp), menciptakan sketsa (SKetch), memilih yang terbaik (DecidE), membuat prototipe (PRototype), dan mengujicobakan produk ke target pasar (TeSt). Bila disingkat menjadi MAKERS. Dengan demikian, mahasiswa memiliki waktu yang tidak lebih dari seminggu untuk meluncurkan produk ke pasar. Kecepatan kita melahirkan inovasi dapat membuat Indonesia akan kian lebih kompetitif dengan negara lain.

Kelima, think big itu adalah lompatan/berpikir besar dan pergerakan/berkontribusi besar. Think big mendorong organisasi untuk menghasilkan inovasi yang bermanfaat luas. Beberapa permasalahan indeks tentang SDM bisa menjadi pemicu untuk berpikir besar, dan bergerak besar. Begitupun perubahan iklim. Michael E. Raynor & Derek Pankratz berpendapat bahwa krusialnya perubahan iklim telah memicu korporat memiliki kewajiban (obligation) untuk turut berkontribusi menanggulanginya, sekaligus menjadi peluang untuk dapat berkembang berkelanjutan (sustainable).

Kesimpulan

Masih banyaknya persoalan dan besarnya potensi keunggulan di negeri ini membuat kita tetap harus optimis untuk mampu membenahinya dan menyambut masa depan. Para pemimpin didorong untuk mampu melakukan dual transformation. Caranya melalui SPRINT. Ini diharapkan Indonesia mampu melahirkan para inovator, pemimpin, dan entrepreneur tangguh yang siap bersaing di kancah regional ataupun global. Dengan demikian, anak-anak muda yang punya potensi besar harus didorong untuk berani melakukan inovasi agar di masa mendatang mereka siap berkompetisi. []

Achmad Soegiarto

Asia Education Award Winner in Two Categories 2023; Satyalencana Wirakarya Presiden RI 2016; Chief Strategy Officer 2019-2023; Penulis Synergy Way of Disruption (2018) & Synergy Way of Ecosystem Collaboration (2022), Founder Sprint+ (now), Business Innovation Catalysator (now), Business Ecosystem Practitioner 2022~now.

Post navigation

Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *