INDONESIA WON 9 ASIAN AWARDS (December 3, 2023), thank you so much Asian Education Awards and Asia Education Conclave.
Dalam Global Innovation Index 2023 yang diterbitkan WIPO (World Intellectual Property Organization), Indonesia berada di peringkat 61. Dalam rentang sepuluh tahun (2013-2023), Indonesia telah mengalami perbaikan peringkat yang cukup baik. Tetapi, bila dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN, pencapaian perubahan Indonesia masih kalah oleh Singapura, Singapura, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan lainnya. Padahal, ini negara besar, yang punya resources besar, baik dari sisi manusia hingga sumberdaya alam, dan lainnya. Dan, salah satu indikasi negara maju dilihat dari kemajuan inovasi.
Bahkan selalu, di setiap diskusi masyarakat dengan seluruh peserta capres 2024, antara lain yang selalu ditanyakan adalah perihal sulitnya mencari lapangan pekerjaan!
Atas dasar itu, penulis menggerakkan inovasi melalui mastery coaching program Innovation Sprint. Pada intinya, dengan pengalaman 33 tahun di korporasi dan komunitas dalam mengembangkan produk/ layanan, saat ini dapat mendorong inovasi menjadi sangat perlu digalakkan, dari dan untuk siapapun dan organisasi apapun, agar bisa lebih cepat adaptif, kompetitif dan ber-impact sehingga memprioritaskan KEMANDIRIAN sejati. Dan, di tengah perubahan yang cepat dan tak menentu tersebut, innovation sprint didesain untuk mampu disiplin mengakselerasi inovasi, New Momentum New Engines!
Dunia kampus adalah salah satu tempat strategis untuk mendorong akselerasi inovasi. Umpamanya, beberapa hari lalu, penulis diminta untuk mengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga dalam program “CEO Mengajar”. Selama dua hari, penulis mengajar di program sarjana dan pascasarjana. Ada 347 mahasiswa program sarjana yang diajar, dan sekitar 20 mahasiswa pascasarjana. Dalam kesempatan itu, penulis mengajar tentang Data untuk Pengambilan Keputusan dan Business Development mengenai pentingnya innovation sprint “1 mahasiswa, 1 inovasi”.
Para mahasiswa dipaksa interaktif berkomunikasi dua arah mengeluarkan pendapatnya masing-masing, juga kelompok, innovation sprint menggunakan gaya belajar mengajar Harvard Business School, mahasiswa dilatih dengan bergembira menyelesaikan tugasnya untuk berani melakukan inovasi buat masa depannya, mengejar momentum 2045 bangsa mandiri dan 2060 tentang sustainability. Luar biasanya, dengan metode tersebut mereka mampu fokus dan efektif, bisa menangkap urgensi pentingnya akselerasi inovasi dan dapat menentukan inovasi mapping apa yang dinilai penting. Hasilnya, dalam kelas mereka bisa mengusulkan lima inovasi yang kreatif.
Ini merupakan bagian dari kontribusi penulis terhadap dunia pendidikan di kampus. Ada banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa dibagikan, khususnya terkait transformasi leadership dan korporasi juga organisasi, budaya kerja, hingga perlu gerakan massal inovasi, breaktrough, dan differensiasi kapabilitas. Semuanya perlu gerakkan cepat, terintegrasi, dan kesadaran banyak memberi manfaat kepada siapapun, baik itu mahasiswa juga penyelenggara pendidikan itu sendiri.
Penulis percaya bahwa inovasi dapat digerakkan bila setiap orang memiliki keinginan untuk berkontribusi. Seperti dikatakan oleh Bill Aulet dalam buku Disciplined Entrepreneurship: 24 Steps to a Successful Startup (2013) bahwa inovasi merupakan penemuan (invention) x komersialisasi (commercialization). Jika hanya penemuan tanpa komersialisasi, maka tidak ada inovasi. Sebaliknya, bila ada komersialisasi tanpa penemuan, ini bukanlah inovasi. Oleh karena itu, inovasi adalah perpaduan antara penemuan dan komersialisasi. Sukses Apple adalah bagaimana mendorong penemuan bermanfaat besar (impactful) dan komersialisasi produk (word of mouth) yang masif sehingga laris di pasaran.
Dalam berkontribusi untuk menghasilkan inovasi, ada tiga fase yang penulis amati, yakni Success-FIRST LINE, Sucess x Value-MANAGEMENT, dan puncaknya Value-FUN IN RETIREMENT. Rute perjalanan ini penulis sebut sebagai evolusi green superhuman intelligence. Ini adalah suatu rute perjalanan seseorang yang seharusnya bisa dipersiapkan, dalam memberi dampak besar kepada lingkungan, dengan karakteristik target yang mereka dapat capai.
Garis perjalanan dari satu fase ke fase berikutnya kami sebut sebagai the value of human wisdom. Loncatan dari satu tahap ke langkah berikutnya menghasilkan dinamika pencarian pengetahuan dan pengalaman dalam praktek menghasilkan inovasi. Untuk itulah, wisdom adalah bentuk kristalisasi pengetahuan-pengalaman yang amat berharga. Menurut Scott E. Page dalam The Model Thinker (2018), suatu wisdom merupakan puncak dari hirarki informasi (data, information, knowledge) yang dapat memilah pengetahuan relevan, dan kian penting di tengah berkembangnya teknologi digital dan artificial intelligence. Dengan demikian, the value of human wisdom terbentuk dari perjalanan panjang pengalaman seseorang, yang terdiri dari:
1. Success-FIRST LINE
2. Success x Value-MANAGEMENT
3. Value-FUN IN RETIREMENT
Untuk mendetailkan model di atas, penulis menggunakan analisa kajian dari beberapa pakar yang diakui punya kapabilitas penting di dunia manajemen hingga saat ini!
Pertama, kami menggunakan framework seperti yang ditulis pakar psikologi Erik H. Erikson dalam buku The Life Cycle Completed (1997). Ia membagi delapan fase kehidupan seseorang secara psychosocial, yakni infancy, early childhood, preschool, school age, adolescence, young adulthood, middle adulthood, dan maturity. Setiap fase ini memiliki karakteristik unik.
Kedua, Ron Kaufman dengan bukunya Up Your Services! (2000). Untuk mengukur kinerja services, Ron Kaufman menggunakan tangga layanan yang terdiri lima tahap yakni criminal, basic, expected, desired, surprising, dan unbelievable. Ron menggunakan framework tangga services untuk melihat apa yang diberikan di setiap tahapan.
Ketiga, buku Authenticity oleh James H. Gilmore dan Joseph Pine II (2007). Mereka menyebut tahapan-tahapan commodities, goods, service, experience, dan authenticity. Pada tahap baru membuat produk berarti berada di level goods, sustainability mengindikasikan pada tahap experience, dan kesediaan untuk membantu dan mendorong orang berada di tahap authenticity.
Keempat, pembentukan model ini juga memasukkan unsur triple bottom line yang saat ini menjadi rujukan konsep bisnis perusahaan ke depan. Dalam tulisannya di Harvard Business Review, Kelsey Miller mendefinisikan triple bottom line sebagai konsep bisnis yang mendorong perusahaan untuk mengukur komitmen tidak sekadar mengejar keuntungan (profit), melainkan juga kontribusi terhadap lingkungan (planet) dan masyarakat (people). Penulis memiliki konsep pengkayaan lebih terukur dalam memastikan Innovation Sprint agar ber-impact, yakni 5P, yaitu Planet, People, Profit, Power, dan Pray sebagaimana pada artikel penulis tentang Innovation Sprint 11 Oktober 2023 lalu. Dua konsep bottom line tambahan penting ini sebagai bentuk wisdom penulis selama berkiprah di korporasi, yang akan dijelaskan sebagai tambahan.
Success-FIRST LINE
Pada tahap ini, berorientasi diri sendiri untuk dapat berkontribusi yang sebenarnya, perlu mendapat pengakuan achievement bagi dirinya (self-centric) untuk dan dari organisasi, tentu sesuatu hal yang berdampak besar.
Bila kita mengutip dari model psychosocial Erikson, orang berada di tahap ini adalah young adulthood, dimana yang dikejar mereka adalah kesuksesan untuk memperkuat hubungan dengan orang-orang yang dicintai dan disekitarnya.
Menurut pendapat penulis, mereka yang ada di level ini kongkritnya Profit, berusaha mengejar kesuksesan untuk menciptakan sesuatu (creating product, etc.), dan bersedia melakukan hal apapun (provide service) untuk mencapai target key performance indicator (KPI) sehingga performa pekerjaannya dinilai baik, meskipun sebenarnya banyak talent yang mampu berbuat lebih hebat dari sebuah KPI, maka siapapun dia yang berada pada fase ini perlu menunjukkan kelebihan-kelebihannya yang otentik, merekalah calon orang-orang hebat.
Oleh karena itu, jika mengacu pada tangga services Ron Kaufman buku Up Your Service! (2002), orang yang mengejar kesuksesan itu umumnya berusaha memberikan services lebih baik sesuai yang disukai/diinginkan (DESIRED).
Ini adalah The Value of Human Wisdom yang pertama!
Success x Value-MANAGEMENT
Pada level ini, adalah hasil dari keberhasilan dan kelanjutan dari fase First Line (Profit), nilai yang diberikan fase Management ini tercermin dari parpaduan antara keberhasilan besar untuk organisasi dan keberhasilan dengan lingkungan yang berdampak besar, bauran antara kesuksesan (Profit) dan memberikan kesuksesan manfaat sesama (Planet & People).
Melanjutkan fase dalam perspektif Erik H. Erikson, secara psychosocial, berada di fase middle adulthood. Pada tahap ini, seseorang memiliki keinginan untuk aktif berkontribusi pada lingkungan dan komunitasnya.
Penulis kerap memberi contoh tipe orang atau pemimpin jenis ini umumnya berada di level management pemerintahan dan perusahaan. Di sisi lain, ia ditugaskan untuk mengelola organisasi secara profesional sehingga mampu menghasilkan profitabilitas. Tetapi, di pihak lain, mereka juga harus memiliki kesadaran untuk bermanfaat memikirkan lingkungan. Seperti penulis telah sampaikan pada artikel sebelumnya di Bloomberg Technoz 11 Juli 2023 dan blog ini pada 11 Oktober 2023, dan di banyak kesempatan sebagai narasumber, saat inilah mutlak menjadi The Centennials dibutuhkan peran Transformational Leadership yang otentik, Intellectual Stimulus-nya untuk menjadi sangat berperan penting hingga 2060 ke depan.
Jika kita lihat dari sisi tangga Ron Kaufman, fase ini seharusnya berada di tangga SURPRISING, bila belum, maka penulis mengatakan mereka belum pantas pada fase. Ia akan selalu berusaha memberikan sesuatu yang spesial dan tak terduga (unexpected gift). Tujuannya, ia ingin bisa memberikan sesuatu yang lebih dari ekspektasi orang sehingga diharapkan membentuk community. Manfaat Planet-People-Profit pasti pada fase ini harus otentik dari hasil karyanya akan banyak berkontribusi besar.
The Value of Human Wisdom yang kedua!
Value-FUN IN RETIREMENT
Menurut penulis, fase ini perlu disiapkan dengan baik (bahkan 5 tahun sebelumnya) dimana kata kuncinya menyiapkan fundamental diferensiasi kapabilitas kemandirian! Bila itu terjadi maka akan terjadilah fase fun retirement!
Penulis buku True North (2022) Bill George, dalam tulisannya di Harvard Business Review, menilai masa retire seringkali menjadi titik balik beberapa mantan top leader, berbagi lebih luas kepada komunitas masyarakat. Ia menjadi penulis buku, pembicara publik, pemimpin organisasi nirlaba, coach para pemimpin, dan membina anak muda sebagai the next innovator.
Dalam perspektif psychosocial Erik H. Erikson, tahap old age yang menitikberatkan WISDOM: fokus merefleksikan kembali kehidupan. Mereka cenderung memaknai pengalaman dan pengetahuan dalam berbagai peristiwa sebagai pelajaran untuk orang-orang yang berada di bawah fasenya.
Menurut hemat penulis, apa yang diberikan pada tahap ini adalah nilai (value) dengan fokus pada orang lain (Planet dan People). Artinya, manfaat apa yang akan diterima oleh orang dan dampak (impact) apa yang ingin diberikan untuk masyarakat. Dengan demikian, semacam pengabdian untuk Planet dan People.
Jika kita mengacu pada tangga services Ron Kaufman, orang yang berada di tahap ini adalah orang-orang UNBELIEVABLE services. Kehadiran dan kontribusi pada tahap ini tidak biasa, melainkan sesuatu yang fantastik dan sulit dilupakan. Kontribusinya bagi orang lain dianggap sangat bermanfaat dan berdampak, sehingga apresiasinya luar biasa.
Bagaimana dengan Power dan Pray, sudah pasti dalam setiap fase The Value of Human Wisdom membutuhkannya, begitupun dalam Innovation Sprint, penulis telah mendetailkannya menjadi matriks yang sangat menarik untuk bisa menjadi pedoman para inovator.
Dan tidak perlu khawatir, meminjam istilah The More You Give The More You Get, disinilah Final Value of Human Wisdom! []
Achmad Soegiarto
Satyalencana Wirakarya Presiden RI 2016; Chief Strategy Officer 2019-2023; Penulis Synergy Way of Disruption (2018) & Synergy Way of Ecosystem Collaboration (2022), Business Ecosystem Practitioner 2022~now.
Leave a Comment