Pakar: Indonesia Butuh Transformational Leaders Pacu Inovasi

Reporter : Ahmad Baiquni | Berita Jatim

Pakar Inovasi dan Business Ecosystem Digital, Achmad Soegiarto, menilai Indonesia saat ini butuh inovasi karya anak bangsa. Inovasi tersebut harus muncul secepat dan sesegera mungkin, mengingat kondisi kini yang tergolong urgent.

Menurut Soegiarto, era disrupsi saat ini lebih didominasi platform digital milik asing. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran, terutama terkait dengan kemandirian dan kemerdekaan bangsa.

Dia mencontohkan keberadaan media sosial di tengah konflik global. Lantaran platform media sosial didominasi asing, maka pengguna tidak bisa bebas dalam bersuara.

“Elon Musk saja yang punya kuasa atas salah satu platform media sosial, dihajar juga oleh mereka (pengelola platform media sosial). Apalagi kita yang notabene tak punya kuasa apapun,” ujar Soegiarto saat berbincang dengan Beritajatim.com, usai menjadi mentor pada program ‘Mastery Coaching Program: Innovation Sprint’ di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair), Selasa (21/11/2023) kemarin.

Penerima Asia Education Award 2023 bidang Educational Leader of the Year & Outstanding Contribution in Education ini menegaskan, Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang cukup pelik. Salah satunya, masih terjadi gap atau kesenjangan antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan industri.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, dibutuhkan transformational leadership (kepemimpinan transformasional) yang mampu melahirkan intellectual stimulus. Tentunya, dengan membasiskan inovasi pada kolaborasi antara perguruan tinggi dengan dunia industri.

“Transformational leaders mampu menciptakan intellectual stimulus untuk melahirkan inovasi, kreativitas, goals, dan lainnya, dan sebagai bangsa, kita memerlukan intellectual stimulus dari seorang transformational leader,” kata Soegiarto.

Selain itu, diperlukan upaya menggerakkan kampus sebagai sumber inovasi. Langkah ini bisa dilakukan dengan program Innovation Sprint agar lahir inovasi secepat dan sesegera mungkin. “Menggerakkan inovasi nasional dari kampus sebagai pusat pendidikan, dan korporasi sebagai pusat bisnis berkelanjutan, membentuk Intellectual Stimulus Transformational Leadership,” ungkap penulis buku Synergy Way of Ecosystem Collaboration (2022) tersebut.

Dia juga mengutarakan, perlunya akselerasi program 1 mahasiswa, 1 inovasi dengan apapun jenis inovasi yang dihasilkan. Langkah ini penting agar nantinya Indonesia mampu mandiri sebagai bangsa enterpreneur dengan berbagai inovasi yang telah dilahirkan.

“Tidak cukup dengan teori, visioner dan yang mahal adalah kapabilitas “pengalaman otentik”, menggunakan cara-cara paling mudah dan cepat namun tetap disiplin, yakni cara-cara melahirkan inovasi dalam jangka waktu pendek namun impactful,” kata dia. []

Post navigation

Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *