1. Pendahuluan
Strategi transformasi bangsa untuk kemandirian dan kedaulatan pada Indonesia Emas 2045 dan mitigasi net zero carbon 2060 dapat dicapai apabila keduanya dapat sejalan. Ini kedua target yang satu sama lain saling mengisi.
Penulis teringat dengan buku Dual Transformation: How to Reposition Today’s Business While Creating the Future (2017) karya Scott D. Anthony, Clark G. Gilbert & Mark W. Johnson (Scott D. Anthony, Clark G. Gilbert & Mark W, 2017). Menurutnya, untuk survive di hari ini (now), itu sangat ditentukan terhadap cara kita melihat masa depan agar bisa merumuskan strategi di masa kini yang relevan. Sementara itu, target di masa depan, tergantung bagaimana kita membuat rumusan strategi hari ini.
Dengan demikian, antara target hari ini dan masa depan perlu berjalan beriringan, dan diperlukan capabilities link yang harus dimiliki untuk mencapai kedua target itu yakni seperti inovasi, talenta, teknologi, dan lainnya.
Begitupun dengan rencana target kemandirian dan kedaulatan di Indonesia Emas 2045 dapat dicapai andai memiliki target ambisius yang dapat menggerakkan seluruh elemen dan sumberdaya untuk mencapainya, target lebih besar yaitu 2060. Sebaliknya, bila ingin mencapai target net zero emission 2060 diperlukan milestone 2045 sebagai estafet pertama untuk menjangkau fase berikutnya. Sederhananya, kemungkinan untuk berhasil mencapai visi kemandirian dan kedaulatan (2045) akan tercapai seandainya punya target yang lebih besar (2060). Begitupun target yang besar (2060) akan dapat dicapai bila kita mampu sukses di 2045.
Dengan demikian, diperlukan lompatan besar (great leap) yang dapat mengejar dua misi tersebut. Untuk mencapai semua itu diperlukan capabilities link yakni keberanian menghasilkan terobosan dan inovasi yang didukung talenta-talenta dalam negeri dengan ditopang teknologi memadai. Dan, Prabowo Subianto, presiden terpilih 2024-2029, melalui buku-buku yang ditulisnya terlihat memiliki gagasan besar untuk mencapai target kemandirian, kedaulatan, dan kemakmuran rakyat Indonesia. Untuk merumuskan strategi transformasi bangsa untuk kemandirian dan kedaulatan pada Indonesia Emas 2045 dan mitigasi net zero carbon 2060 ini, penulis rumuskan ke dalam tahapan-tahapan berikut ini yang dimulai dari why, what, how, where, when, dan who.
2. WHY: 75 Tahun Merdeka, Kita Belum Sejahtera
Belum lama ini, muncul berita tentang pernyataan bahwa Malaysia akan menyatakan diri sebagai negara maju pada 2025. Dalam berita itu disebutkan bahwa Malaysia dua puluh tahun melaju lebih cepat dibandingkan Indonesia. Negara Indonesia yang diperkirakan akan mencapai kemajuan pada 2045, ternyata disalip lebih dulu oleh Malaysia.
Persoalan ini sebenarnya telah disinggung sejak lama oleh Prabowo Subianto. Melalui bukunya Paradoks Indonesia, Prabowo menyatakan bahwa Indonesia yang sudah merdeka lebih dari 75 tahun, ternyata rakyatnya masih belum sejahtera. Pendapatan per kapita masyarakat Indonesia 1/3 dari Malaysia, dan 1/15 dari Singapura. Artinya, mereka jauh lebih sejahtera dan makmur dibandingkan rakyat Indonesia.
Lalu, apa penyebab Indonesia belum sejahtera? Dari buku Strategi Transformasi Bangsa: Menuju Indonesia Emas 2045 (Prabowo Subianto, 2023) dan Paradoks Indonesia dan Solusinya (Prabowo Subianto, 2021), presiden terpilih Indonesia 2024-2029 Prabowo Subianto telah menjelaskan bahwa ada dua tantangan besar.
Pertama, tantangan strategis nasional yang meliputi terbatasnya waktu bonus demografi, net outflow of national wealth, ketidakadilan ekonomi, ekonomi Jakarta sentris, demokrasi kita bisa dikuasai pemodal, elit Indonesia rawan divide et impera, dan beberapa persoalan yang muncul dalam kelas Cohort 5.
Kedua, tantangan strategis global yang terdiri dari perubahan iklim, konflik bersenjata di Ukraina dan di Palestina, potensi konflik bersenjata di Laut Natuna Utara, ancaman pandemi baru, perlambatan ekonomi global, meningkatnya populasi, dan disrupsi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Sementara itu, penulis sendiri mengidentifikasi tantangan di level mikro yakni korporasi yang dikutip dari buku Unleashing Innovation with SPRINT+ (Achmad Soegiarto, 2024). Tantangan korporasi ini adalah financial distress, alarm indicators, technology/product/service trends, dan climat change.
2.1. Analisa SWOT
Untuk mengetahui seberapa besar kekuatan internal menghadapi ancaman ataupun mengambil peluang, diperlukan analisa SWOT (strength, weakness, opportunity, threat). Dalam kedua bukunya Strategi Transformasi Bangsa: Menuju Indonesia Emas 2045 (2023) dan Paradoks Indonesia dan Solusinya (2021), Prabowo Subianto telah menganalisa Indonesia dari berbagai sisi, baik kekuatan dan kelemahannya, ataupun peluang serta ancamannya. Hasil analisa SWOT itu mendorong akselerasi future-ready country.
Adanya berbagai tantangan itu harus diselesaikan melalui strategi transformasi bangsa untuk kemandirian dan kedaulatan pada Indonesia Emas 2045 dan mitigasi net zero carbon 2060.
3. What: Great Leap
Untuk menyelesaikan permasalah seperti di atas, penulis melihat pentingnya untuk melakukan lompatan besar (great leap). Dengan begitu, target yang harus dikejar dalam mengatasi berbagai hambatan menuju kemajuan Indonesia dengan memetakan milestone. Terdiri dari dua milestone besar yakni 2045 dan 2060. Untuk menyambut kewajiban dan peluang tersebut, kita perlu memetakan roadmap jangka panjangnya.
Pertama, Leap-1, penulis mempersepsikan tahun 2045 adalah tahun kunci sebagai tonggak membangun Indonesia yang mandiri, mampu berdiri di atas kaki sendiri dengan berhasil menggerakkan dan menguatkan karya anak Bangsa, semakin tidak banyak bergantung pada pihak lain. Dengan momentum mencapai peringatan seratus tahun kemerdekaan yang akan datang maka Indonesia 2045 adalah harus terwujud bangsa yang mandiri dan berpendapatan laiknya negara maju. Dengan modal kemandirian, maka bukan tidak mungkin bila kita mampu mengejar target net zero emission dalam perubahan iklim di 2060.
Kedua, Leap-2, bila 2045 adalah tonggak nasional dan melihat inward looking, maka tahun 2060 adalah hasil dari mendorong milestone bagi dunia dan lingkungan global. Ini sebagai langkah outward looking. Mengapa? Dengan modal kekayaan alam dan mega biodiversity, Indonesia sangatlah memungkinkan menjadi pionir negara yang peduli terhadap lingkungan. Oleh karena itu, mau tidak mau, kita pun harus makin sadar, penulis melihat bahwa semangat kolaborasi ekosistem dunia menjadi hal penting. Bagaimana gagasan Indonesia World Ecosystem 2060 untuk dapat mewujudkan cita-cita sebagai negara net zero emission, dengan menggalang kolaborasi ekosistem nasional, bahkan dunia.
3.1. Be A Future-Ready Country
Dengan memetakan roadmap di atas, sesungguhnya kita sedang menyiapkan negara ini sebagai be a future-ready country. Konsep ini mengadopsi dari para futurist yang melakukan strategic foresight atau scenario planning untuk melihat masa depan, jangka pendek atau jangka panjang, dan memetakan berbagai kemungkinan yang bisa berdampak di masa depan, lalu merumuskan inisiatif strategisnya sejak hari ini. Seperti terlihat pada gambar di bawah yang penulis kutip dari buku Reimagining Design: Unlocking Strategic Innovation (2022), karya Kevin G. Bethune bahwa dengan kondisi hari ini, inovasi dapat digali dengan melihat horison waktu tiga tahun, lima tahun atau lebih dari sepuluh tahun ke depan.
Dengan demikian, future-ready country adalah kesiapan negara dalam menghadapi masa depan sejak saat ini dengan memperhitungkan berbagai kemungkinan di masa depan dan hasil analisa SWOT. Bagaimana mengukur kesiapan menghadapi masa depan. Penulis mengembangkan suatu model alur bagaimana dalam menciptakan organisasi future-ready country dengan Core & Two-Way Simultaneous yakni: Embracing The Future (Core), Transformational Leader (Two-Way Simultaneous), Transformation, A New Roadmap For Success (Two-Way Simultaneous), Leading Purpose, Corporate Strategy, dan 3 National Strategic-Focused.
Langkah pertama ialah embracing the future (core) untuk membentuk future-ready country. Ia harus melihat ke depan sebagai cara merumuskan strategi hari ini. Dalam studi bisnis, embracing the future ini mirip dengan strategic foresight. Menurut Amy Webb dalam artikelnya Bringing True Strategic Foresight Back to Business (2024) di Harvard Business Review mengatakan bahwa strategic foresight sebagai sebuah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi apa yang harus dilakukan (identify where to play), bagaimana meraih kemenangan di masa depan (how to win in the future), dan bagaimana memastikan ketahanan organisasi dalam menghadapi disrupsi yang tidak terduga (how to ensure organizational resiliency in the face of unforeseen disruption) (Amy Webb, 2024).
Di tahap kedua ialah transformational leader. Menurut Derek Matthews, transformational leader punya perhatian besar terhadap pengembangan people. Transformational leader berpikir jangka panjang, sementara transactional leader berpikir jangka pendek. Misalnya, para pakar dari London School of Economics mengidentifikasi, transformational leader itu memperhatikan kebutuhan anak buah, meningkatkan motivasi mereka, dan menyediakan kerangka etis dalam pengambilan keputusan. Dengan melakukan hal ini, pemimpin transformasional dapat menciptakan perubahan di dalam diri manusia dan juga di dalam organisasi.
Langkah lainnya untuk mempersiapkan future-ready country adalah mempersiapkan transformasi untuk peta jalan baru menuju kesuksesan. Transformation: a new roadmap for success. Transformasi ini harus meliputi tiga aspek yakni teknologi, segmen usaha, dan alat ukur.
Pertama, melihat tren teknologi yang sedang berkembang saat ini. Ini telah kami tulis pada artikel sebelumnya tentang technology trends in 2024 di www.achmadsoegiarto.com. Kedua, menggerakkan anak usaha (subsidiary movement) yang meliputi pemetaan portofolio, dan segmentasi pasar berdasarkan kategori B2B, B2C, B2G, ataupun hybrid. Ketiga, menyiapkan alat-alat ukur untuk bisa mengevaluasi performa yakni meliputi global innovation index, culture of innovation, dan salespeople acceleration.
Keempat, leading purpose. Untuk menjadi future-ready company, negara harus digerakkan oleh purpose hidup lama atau perusahaan yang melampaui 100 tahun (the centennials). Leading with purpose. Hal ini menjadi sangat penting untuk didefinisikan dalam semua transformasi yang ingin dicapai. Menurut Fred Reichheld dalam buku Winning on Purpose (2021), purpose didefinisikan sebagai tujuan akhir yang hendak dicapai organisasi perusahaan. Kepemimpinan, strategi yang digunakan, karyawan, teknologi ataupun model bisnis boleh silih-berganti, tetapi purpose harus menjadi pegangan dan kompas dalam organisasi perusahaan. Oleh karena itu, Misalnya, strategi boleh berganti mengikuti situasi dan adaptasi terhadap keadaan yang ada, tetapi purpose adalah misi end-goal yang dijadikan kompas sebagai panduan menyusun strategi.
Kelima, untuk merealisasikan sebagai future-ready country, ini harus dituangkan ke dalam strategy. Bila didefinisikan, strategy adalah strategi yang disusun berupa plan, goals atau arah yang harus diikuti oleh negara, dan rencana tersebut terdiri dari tugas-tugas yang menggambarkan misi yang perlu dicapai. Strategi ini mencatat dan mengukur keberhasilan organisasi, menurut Rita McGrath dalam tulisannya Does Your Strategy Have a Spine? (2022) Harvard Business Review, strategi penting dikomunikasikan secara jelas. Kuncinya adalah strategy spine (mencolok sehingga terlihat jelas) (Rita McGrath, 2022).
Keenam, future-ready country memiliki fokus terhadap isu nasional strategis. Setidaknya ada tiga hal, yang penulis sebut sebagai 3 national strategic-focused. Menurut Robert S. Kaplan & David P. Norton dalam buku klasiknya The Strategy-Focused Organization (2000), organisasi perusahaan harus memiliki strategic-focused agar memiliki prioritas utama, panduan, pegangan dan arah yang jelas untuk mencapai tujuannya (Robert S. Kaplan & David P. Norton, 2000). Untuk itu, strategic-focused merupakan bagian dari alat ukur untuk mengevaluasi kinerja future-ready country, sejauhmana pencapaian itu relate dengan masa depan yang dikajinya.
4. Where: The Wave-6
Sebagai bagian dari strategi transformasi bangsa untuk kemandirian dan kedaulatan pada Indonesia Emas 2045 dan mitigasi net zero carbon 2060, diperlukan pemetaan area yang harus dimasuki oleh Indonesia. Jika melihat tren perkembangan ekonomi sejak dulu hingga hari ini, ke depan kita akan menghadapi gelombang ekonomi ke-6. Per Espen Stoknes, dalam Tomorrow’s Economy (2021) menggambarkan ada enam gelombang aktivitas perekonomian selama ini. Hal itu dimulai mekanisasi (wave-one), era baja, mesin uap dan kereta api (steel, steemp, railway) (wave-two), gelombang ekonomi pereindustrian (industry/wave-three), electronic, television, and aviation (wave-four), digital and internet wave (wave-five), dan green (wave-six) (Per Espen Stoknes, 2021).
Seperti diungkapkan oleh Per Espen Stoknes bahwa saat ini kita sudah memasuki gelombang ekonomi ke-6 yakni green. Kita sudah menapaki gelombang ekonomi internet dan digital. Untuk itu, ke depan, diperlukan inovasi-inovasi yang kelak dapat menjawab tantangan green economy.
5. When: Indonesia 2045
Kapan waktu yang harus ditentukan menjadi titik balik untuk mencapai visi kemandirian dan kedaulatan Indonesia serta net zero carbon pada 2060, penulis percaya bahwa tahun 2045 sebagai momentum krusial keberhasilan 2060. Artinya, tahun 2045 menjadi titik target yang harus dicapai untuk mengukur kemampuan mengejar target yang jauh lebih besar. Sederhananya, bila kita mampu melewati target capaian pada 2045, maka bukan hal mustahil untuk mengejar visi 2060. Tetapi, sebaliknya, andai kita tidak mampu mencapai target tahun 2045, maka jangan harap untuk mampu mengejar target-target di tahun 2060. Oleh karena itu, untuk sukes di tahun 2045, penulis menilai pentingnya tiga hal ini.
Pertama, inovasi. Penulis melihat pentingnya inovasi untuk mengatasi berbagai tantangan dan meningkatkan status alarm indikator ke arah lebih baik. Ada banyak pengertian tentang inovasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Akan tetapi, untuk ringkasnya, penulis ingin mengutip definisi dari Daniel Huber dalam buku Bridging the Innovation Gap: Blueprint for the Innovative Enterprise (2017), yaitu innovation is the creation of better or more effective products, processes, services, technologies, or ideas that are accepted by markets, governments, and society (Daniel Huber, 2017). Dengan kata lain, pada dasarnya inovasi merupakan suatu inisiatif untuk menghasilkan produk/layanan yang lebih baik sehingga diterima masyarakat.
Kedua, inovasi anak bangsa diprioritaskan. Untuk mendorong kemandirian dan kedaulatan diperlukan prioritisasi talenta-talenta anak bangsa agar mereka menjadi lebih maju. Dengan cara ini, bukan tidak mungkin pada tahun 2045, akan banyak talenta-talenta Indonesia yang memiliki inovasi dengan daya saing tingkat global, sehingga mampu memberi manfaat bagi bangsa ini.
Ketiga, green leadership, yakni istilah yang dalam beberapa tahun terakhir berkembang sebagai upaya membentuk kepemimpinan berwawasan lingkungan untuk merespons perubahan iklim (climate change) yang terjadi saat ini dan ke depan. Menurut Andrew Taylor dalam Rethinking Leadership for a Green World (2022) bahwa perubahan iklim telah memaksa manusia untuk mengubah perilakunya demi keberlanjutan (sustainability) (Andrew Taylor, 2022). Di Indonesia sendiri, Pemerintah memiliki target bahwa tahun 2060 berkomitmen mencapai net zero emission. Dengan demikian, gaya kepemimpinan yang melek lingkungan ini diharapkan bisa mencapai tahun 2045 dan seterusnya.
6. Who: Indonesia Negara Maju dan Makmur
Strategi transformasi bangsa ini sesungguhnya untuk siapa? Maka seperti yang disampaikan oleh Prabowo Subianto ialah untuk kemajuan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Menurutnya, ada lima indikator penting dalam melihat sebagai negara maju.
Pertama, pendapatan per kapita setara dengan negara maju. Rata-rata ukuran pendapatan per kapita negara maju adalah US$ 47.970. Sementara itu, rata-rata pendapatan per kapita rakyat Indonesia ialah US$ 4.580. adanya ini memicu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata 10% per tahun.
Kedua, kemiskinan menuju 0% dan ketimpangan berkurang. Seiring dengan naiknya pendapatan perkapita, secara linier diharapkan kemiskinan mampu dihapuskan dan ketimpangan dikurangi.
Ketiga, kepemimpinan dan pengaruh dunia internasional meningkat. Artinya, kapabilitas kepemimpinan nasional diakui dan berpengaruh dalam konstelasi diplomasi, ekonomi, dan politik global.
Keempat, daya saing sumber daya manusia meningkat. Dalam hal ini, tingkat pendidikan, the global talent competitiveness index, dan kemampuan berinovasi masyarakat kian meningkat, sehingga mampu bersaing dikancah global.
Kelima, intensitas Gas Rumah Kaca (GRK) menurun menuju Net Zero Emissions (nol emisi GRK). Dalam hal ini, aktivitas operasional di berbagai bidang secara sadar telah mengurangi potensi pencemaran lingkungan. Dengan demikian, tingkat kesadaran masyarakat terhadap sustainability semakin meningkat.
7. Kesimpulan
Dari paparan ini dapat disimpulkan bahwa untuk mengejar visi Indonesia Emas 2045 dan mitigasi net zero carbon 2060 diperlukan inisiatif strategis yaitu akselerasi future-ready country sebagaimana telah dipaparkan di atas. Prabowo Subianto dinilai sebagai pemimpin yang diharapkan mampu mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain dengan menetapkan target di tahun 2045 untuk mencapai visi yang lebih besar di tahun 2060.
Daftar Pustaka
Achmad Soegiarto, Unleashing Innovation with SPRINT+: How Organizations Can Cultivate Innovation Catalysts, SPRINT+, 2024.
Alex Hill, “How Winning Organizations Last 100 Years”, Harvard Business Review, 2018.
Andrew Taylor, Rethinking Leadership for a Green World, Routledge, 2022.
BCG, Ecosystems for Ecosystems: How Business Ecosystems Can Enable Collective Action Against Climate Change, Nov 2021.
Daniel Huber, Heiner Kaufmann, Martin Steinmann, Bridging the Innovation Gap: Blueprint for the Innovative Enterprise, Springer International Publishing, 2017.
Fred Reichheld, Winning on Purpose: The Unbeatable Strategy of Loving Customers, Harvard Business Review Press, 2021.
McKinsey, Organizing for the Future: Nine Keys to Becoming A Future-Ready Company, 2021.
Prabowo Subianto, Strategi Transformasi Bangsa: Menuju Indonesia Emas 2045, Media Pandu Bangsa, 2023.
Prabowo Subianto, Paradoks Indonesia dan Solusinya, Media Pandu Bangsa 2021.
Rita McGrath, “Does Your Strategy Have a Spine?”, Harvard Business Review, 2022.
Robert S. Kaplan & David P. Norton, The Strategy-Focused Organization, Harvard Business Review Press, 2000.
Saul Mcleod, Ph.D., Transformational Leadership Style: How to Inspire and Motivate, SymplyPsychology, 2023.
Scott D. Anthony, Clark G. Gilbert & Mark W. Johnson, Dual Transformation: How to Reposition Today’s Business While Creating the Future, Harvard Business Review Press, 2017.
World Economic Forum, Future Readiness of SMEs, 2021.
Leave a Comment