Oleh: Achmad Soegiarto.
Berita CNBC Indonesia, akhir-akhir ini memuat banyak ulasan menarik industri dan bisnis terkini, yang kekinian khususnya artikel terkait GoTo, merger Gojek dengan Tokopedia, yang konon para investor mengatakan bahwa valuasi GoTo akan berada di kisaran jumbo yaitu US$ 17 miliar (Rp 242,2 triliun), bertengger menjadi perusahaan kapitalisasi pasar besar di BEI.
Kemudian, tentu banyak analis membacanya, hal tersebut akan menjadi sebagai peluang dan ancaman buat industri, bila GoTo akan IPO.
Banyak berita menarik memang sebelumnya di tanah air, makin menjamurnya inisiasi Bank-Bank Digital di tanah air, berita tentang startup peer to peer lending (P2P) Kredivo resmi tercatat 24% pemegang saham baru salah satu bank bisnis, juga muncul transaksi jumbo lainnya di pasar perdagangan akhir pekan lalu.
Disisi lain, pandemic COVID-19 membuat struggle industry, rethink dimana-mana, penyederhanaan, terobosan inovasi baru, tawaran pensiun dini, hingga merger akuisisi, bahkan bankruptcies, buyouts dan breakups bisa saja menjadi berita kedepannya, tentu kita harus terus semangat mendorong Indonesia Maju yang berkelanjutan.
Sependapat dengan investor kawakan Lo Kheng Hong, saat ini kejarlah track record laba. Penulis berpendapat, buatlah Guide to Managing Growth perusahaan, efektifitas transformasi untuk creating value through corporate restructuring, harus selalu diupayakan dan disiplin dilakukan.
Siapa yang lebih cepat, maka merekalah yang akan mampu create value suatu arena industri baru, yang saling menguntungkan di tengah pandemic COVID-19, harusnya yang akan diuntungkan tetap adalah masyarakat, karena akan makin banyak kemudahan yang dapat dinikmati, dan begitupun bagaimana seharusnya bangsa ini juga diuntungkan, no business can afford to ignore the theory of disruptive innovation. []
Tulisan ini pernah dimuat di CNBC INdonesia (2021).
Leave a Comment